Posts

Pengalaman Jatuh Bangun 2023

Image
Saya sering bilang saham by nature pasti berfluktuasi, sehingga sangat wajar bila porto kita bergejolak. Bila anda ingin stabil ya silahkan deposito, namun tentunya harus puas dengan yield yang diberikan. Dalam 2 tahun terakhir ada 3 kali saya mengalami kejatuhan. Angka dibawah bukanlah angka real (ada skala), namun merepresentasikan kondisi real. Kejatuhan 1 (2,5 ke 2,0) Porto saya ATH di 2,5 saat Nov 2021. Saat itu WIKA saham kesayangan saya karena memang story nya banyak yang menarik. Apalagi konstruksi by nature akan kebanjiran job dan revenue di Q4. Namun karena satu dan lain hal hal tsb tidak terjadi. Diiringi penurunan emiten pegangan lain seperti ISSP dkk, maka porto saya sempat tueun ke 2,0 di Feb 2022. Namun setelahnya boost ke 4,5 di Juni 2022. Utamanya ditopang SMDR. Dimana ini membawa ke kejatuhan berikutnya. Kejatuhan 2 (4,5 ke 3,1) Kalau kejatuhan 1 terjadi dalam 3 bulan, yang kali ini terjadi tidak sampai sebulan. Imagine porto hilang 1/3 dalam waktu singkat, tepatnya d

Dilemma (Case Study)

Image
Terkadang kita dihadapkan beberapa pilihan dalam berinvestasi. Ada yang clear yes, ada yang clear no, ada yang mixed signal. Bila clear yes and clear no, assuming anda rasional, maka anda jelas tau apa yang harus anda lakukan. Yang ingin kita bahas adalah ketika dihadapkan pada dilema, yaitu antara good and bad.  Case Study 1 -Emiten A: Q3 beberapa hari lagi akan rilis dan ada 2 kabar burung yang beredaran. Kabar burung pertama mengatakan omzet Q3 turun 15% dibanding Q2, dimana bila iya maka EPS Q3 akan kurang bagus (setengahnya Q1). Anehnya kabar burung kedua menggunakan lembaga kredibel berinisial N dan menarik kesimpulan kalau penjualan Q3 better than Q2 dan LK nya bagus. Mana yang benar? Most likely hanya salah satu yang benar. Or bisa saja keduanya salah. Inilah yang dimaksud dengan dilema. Case Study 2 -Emiten B: Bila menggunakan EPS 2023 sebesar 740 dan 2024 sebesar 880, maka valuasi saat ini melambangkan PER 15,1x dan forward PER 12,7x. Bila dilihat sekilas maka cenderung biasa

Artikel KKGI

Image
Artikel dibawah tujuannya for fun. Sekaligus untuk menambah wawasan. Here we go. 1. Overview Mari kita mulai dari hal yang menarik. Apa yang membuat kinerja KKGI tahun ini better dibanding tahun lalu? Ternyata ditopang oleh peningkatan revenue. Next mengapa hal tsb bisa terjadi padahal harga coal turun? Untuk menjawabnya mari kita break down ASP dan Volume KKGI. 2. Revenue/Volume/ASP/ICI 4 22Q1: 41,8/703/59,5 22Q2: 68,1/921/73,9 22Q3: 68,8/921/74,7 22Q4: 76,2/960/79,4 23Q1: 85,5/1220/70,0/76,8 23Q2: 91,1/1546/58,9/65,1 Volume 23Q1 and 23Q2 saya tidak ada datanya, so saya raba kasar dari perubahan inventory. Untuk 23Q3 ICI4 ada di 52, sehingga kita akan pakai ASP 48. Terkait volume saya asumsi dia tidak keluarin stock gudang lama so pakai angka 1445 saja. Sehingga diperoleh revenue $69,4 juta. 3. Variable Costs Kita bagi menjadi 2 yaitu mining dan alien (kompensasi lahan). Alien/Mining/Produksi/Mining per Ton -22Q1: 1/26/793/32,8 -22Q2: 0/34/815/41,7 -22Q3: 1/34/954/35,6 -22Q4: 0/36/104

Present and Future of HRUM

Image
1. Current Earnings As of LK 23Q2, 99% revenue HRUM masih berasal dari segmen batubara. Kinerja dia bagus di 23Q1 dikarenakan peningkatan volume produksi. Konteksnya 2022 dia produce 5,4 jt ton (1,35 jt ton/ kuartal). Di 23Q1: 1,75 jt and 23Q2: 1,70 jt. Hal ini menjelaskan mengapa EPS 23Q1 masih strong. Kalau 23Q2 turun lumayan, ya hal wajar. Toh harga ICI nya juga turun kan. Nah nanti 23Q3 juga kemungkinan begitu, karena gimanapun juga nasib utama masih berada di bisnis batubara sekaligus harga ICI itu sendiri.   2. Story Nikel Ada hal interesting disini. Tapi sebelumnya mungkin kita rinci anak usahanya. -WMI (owned 20%). Invest $75 jt, burning money. -IMI (owned 49%). Invested $180 jt. 2021 rugi, 2022 laba $28 jt, 2023 anggap $23 jt. -NIC (owned 6%). Invested $152 jt. 2021 laba $6 jt, 2022 laba $10 jt, 2023 anggap $9 jt. -APE. Small money, better ignore. Nah akhir September HRUM add portions di IMI. Dia bayar $70 jt untuk, alhasil skrg owned 99,99%. Biar gampang kita anggap aja fully

Analisa KIJA

Image
Artikel ini titipan 2 teman saya. And saya pikir oke juga untuk menambah wawasan. Bila mau to the point bisa langsung ke point 6. Mari kita mulai. 1. Overview Revenue past 10 years jalan di tempat. Begitu juga dengan laba kotor and laba usahanya. Tapi ada satu hal yang aneh dimana porsi non pengendali mendadak jadi besar sejak 2017 (jatah kita itu yang induk). Selain itu sejak 2017 laba sebelum pajak juga mendadak jadi sangat kecil dikarenakan ada pembengkakan beban keuangan dan beban lain lain. 2. Beban Keuangan Di 23Q2 beban keuangan ada efisiensi dibanding tahun lalu. Hutang berbunga di 23Q2 sebesar 4,66T. Angka tersebut turun dari 22Q4 yang 4,97T. Namun perlu diperhatikan kalau hutang berbunga dollar perusahaan bunganya akan naik setiap tahunnya. Tahun ini 7%, lalu 7,5%, lalu 8%, 8,5%, dan 9%. Namun kita bisa ignore ini bila hanya memandang 2023. 3. Beban Lain Lain Di 2017 beban lain karena biaya penerbitan obligasi. Kalau di 23Q2 karena rugi pemberhentian kontrak derivatif. Cerita

Price vs. Value

Image
Bila anda seorang investor maka tugas anda adalah mempelajari bisnis perusahaan secara keseluruhan sebelum melakukan judgement untuk menentukan kisaran fair value sebuah emiten. Lalu angka tersebut anda bandingkan dengan harga yang ditawarkan market. Dan bilamana ada diskon cukup menarik maka bisa kita pertimbangkan untuk invest disana. Masalahnya kebanyakan orang sekitar tidaklah begitu. Mereka membasiskan decision making bukan dari price vs. value, melainkan dari price vs. price. Berikut beberapa contoh kalimatnya: 1. Saham ADES sudah naik tinggi, ngeri saya belinya. 2. Saham UNVR sudah turun banyak beberapa tahun terakhir, apakah sekarang menarik dibeli? Sadarkah anda kedua kalimat diatas tidak mengandung unsur value sama sekali. Apakah itu bijak dan rasional? Apakah benar bila basis decision making bertumpu pada hal tersebut? Padahal kita tau kalau investor memegang prinsip membeli saham adalah membeli bisnis, dan bukan lottery ticket. Namun mengapa kedua kalimat diatas yang tidak

Memposisikan Diri Sebagai Manajemen

Image
Sesuai judulnya, hal tersebut merupakan critical thinking yang perlu kita lakukan sebelum decision making investasi. Agar lebih jelas kita langsung masuk ke case study saja. 1. GGRM Ketika covid terjadi dan daya beli masyarakat sedang lemah, apakah kita berani menaikan harga untuk full pass on kenaikan cukai? Jawabannya tentu unlikely. Dan ketika ekonomi mulai membaik tentu masuk akal sekali kalau perusahaan mulai menaikan harga. Dan itulah yang dilakukan secara agresif sejak akhir 2022. Dampak dari kenaikan harga agresif ada 2 yaitu 1.) profit/ batang naik signifikan; 2.) volume penjualan terkena hit. Berhubung nomor 1 memiliki efek yang lebih dominan, alhasil laba GGRM meningkat signifikan. Next kita akan mencoba berfikir what's next. Volume penjualan GGRM yang dulunya 20M batang per kuartal turun menjadi 14,9M di Q2. Disini manajemen punya 2 opsi.  A: Puas dengan EPS 3.500 di 2023 dan 2024, serta mencoba mempertahankan market share di 16M/ kuartal. B: Kembali agresif menaikan ha